Karangan ragam standar
Bias Masa Lalu
Tiara menatap gadis yang ada di depannya tak berkedip, tatapan mata gadis itu sendu, kosong seakan tak ada semangat dalam hidupnya. Tiara mendesah perlahan, dua tahun yang lalu ia sama seperti gadis itu, putus asa tanpa ada semangat hidup, dalam suasana yang sama dan juga tempat yang sama.
“ Tiara…” Suara lembut seorang wanita memaksa tiara untuk menoleh, seorang wanita cantik dengan seragam perawatnya terlihat melemparkan senyum manisnya, tiara membalas senyum itu dengan tulus, wanita itu masih sama seperti dua tahun lalu, saat tiara masih masih berada ditempat itu,cantik dengan senyum ramahnya.
“Apa kabar mbak Vin?” sapa tiara menjabat erat tangan wanita itu. “Baik…kamu sendiri apa kabar?” Mbak vina ganti bertanya. “Seperti yang mbak lihat, yang pasti lebih baik dibandingkan setahun yang lalu saat saya masih disini.” Mbak vina tertawa kecil, apa yang dikatakan tiara memang benar adanya. Keadaan fisiknya lebih sempurna dibandingkan dengan dua tahun yang lalu.
Dua tahun yang lalu vina melihat mata gadis itu tampak cekung. Memerah, tanpa semangat hidup, tubuh yang kurus kering, dan tak ada sedikitpun senyum tersungging dari bibir tipisnya, tapi kini apa yang dilihat vina benar-benar berbeda, tiara tampak sangat sehat dan cantik, walaupun hanya tampil sederhana bahkan terkesan seadanya.
“Kamu masih di Semarang kan?” mbak vina mencari tahu. Tiara mengangguk. “Saya melanjutkan kuliah saya mbak. Saat ini sedang libur semester, tiba-tiba saja saya ingin kemari mbak, kembali pada kenangan saya,” perlahan suara tiara. “Untuk mengenang Ardi?” tiara menatap vina dengan pandangan suram, lewat tatapan mata tiara yang seakan menyambar itu, vina tahu. Gadis itu tidak ingin menyebut nama ardi saat ini. Vina jadi merasa kikuk.
“Maaf ra….mbak tidak bermaksud….” Tiara menggeleng. “Tidak apa-apa kok mbak,” potong tiara cepat. “Nanti langsung pulang ke Semarang?” “Tidak mbak….saya bermalam di Jambewangi, rumah bude.” Vina melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganya. “Kalau begitu mbak tinggal dulu ya, masih ada urusan,” pamit mbak vina. Tiara hanya mampu menganggukan kepalanya.
Tiara menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong, perasaanya terasa giris. Bayangan masa lalu itu berputar di benaknya. Batapa tidak….dua tahu yang lalu tiara pernah mengalami kehidupan yang kelam, kehidupan yang memaksanya untuk melewati hari- hari yang sulit, hari-hari yang terasa sangat panjang bahkan tak pernah berujung baginya. Dia pernah salah melabuhkan cintanya pada ardi , laki-laki yang pernah membawanya pada dunia drugs, dunia gemerlap malam yang menyesatkan.
Tiara tahu dunia itu akan menghancurkanya, tapi dia tidak bias meninggalkan cintanya pada ardi. Bahkan demi cinta itu ia harus rela melepaskan persahabatannya dengan Tommy karena saat itu ardi merasa tommy hadir sebagai orang ketiga diantara cinta mereka. Betapa masih terekam jelas dalam pikiran tiara, bagaimana dirinya dan ardi beserta teman-teman mereka harus berurusan dengan pihak yang berwajib saat tertangkap basah sedang nge-drugs disebuah kafe di semarang.
Untung tiara tidak sampai ditahan berkat keuletan pengacara yang disewa ayahnya untuk membebaskanya dari segala tuduhan. Tapi sejak saat itu orang tua tiara melarang tiara bertemu dengan ardi. Dan yang di dengarnya kemudian ardi tewas karena OD. Hati tiara begitu terpukul. Tanpa sepengetahuan ayah dan ibu tiara kembali pada dunia gelap, mengkonsumsi obat-obatan. Tommy sahabatnya yang mengetahui persis keadaan tiara melaporkannya pada ayah dan ibu tiara. Hingga akhirnya secara paksa mereka membawa tiara ke Magelang untuk menjalani perawatan di wisma napza tempat yang begitu mengerikan dimata para pecandu seperti dirinya.
Hari-hari yang dilaluinya kemudian sungguh begitu menyiksa, apalagi keinginan untuk nge-drugs sudah tidak bias ditahan, ia harus menahan rasa sakit karena sakaw, belum lagi dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Tiara seakan tidak mempunyai semangat hidup lagi, tapi tommy selalu ada disampingnya, member semangat untuk bertahan melalui hari-hari yang sangat menyulitkan.
Tommy selalu meluangkan waktunya, jauh-jauh datang dari semarang demi dirinya, juga mbak vina….perawat di wisma napza yang selalu bersikap lembut padanya, tidak memandang sebelah mata seorang pecandu seperti dirinya. Hamper satu tahun tiara mendapatkan perawatan sampai akhirnya dinyatakan sembuh oleh Dr Farouk pemilik wisma napza.
Ternyata dua tahun berlalu begitu cepat, tiara telah kembali pada kehidupan normalnya dan tiba-tiba saja ada keinginan untuk datang kembali ke wisma napza, mengingat kenangan pahit yang pernah mampir dalam kehidupanya. Dan gadis yang dilihatnya tadi keadaannya tak begitu jauh dengannya saat pertama kali memasuki tempat itu, dengan tatapan mata kosong, tanpa senyum dan badan yang seakan hanya tinggal tulang saja.
Tiara bersyukur ia mampu melewati semua itu, walaupun masih ada rasa perih yang mengirisnya tiap mengingat ardi yang tak ada lagi disisinya untuk menemani hari-harinya, walaupun tiara tahu ardilah yang membuat dirinya terjerumus dalam lembah hitam. Tapi ia tidak bias memungkiri bahwa cinta laki-laki itu akan selalu ada dan akan selalu mengikat hatinya bagai tali simpul mati.
Hari kedua di magelang, tiara kembali ke wisma napza dan masih dilihatnya gadis itu dalam kesuraman, menurut informasi yang diberikan mbak vina, telah enam bulan gadis itu menjalani perawatan, namun masih belum mengalami perubahan. Mungkin memang gadis itu tak menginginkan kesembuhannya.
Tiara perlahan mendekat, gadis itu berdiri di depan jendela, tatapan kosong menembus kaca jendela, tiara sempat mendengar gadis itu bergumam. “Mengapa kau lakukan ini padaku sam?”terlukakah hati gadis itu oleh seorang yang ia sebut sam itu? Tebak tiara dalam hatinya. Dengan segenap keberanian tiara mendekati gadis itu.
“Hai….” Sapa tiara ramah. Gadis itu masih tidak menoleh bahkan seakan tidak menyadari keberadaan tiara didekatnya. “Hai….namaku tiara, kamu…” tidak ada yang bertanya padamu, gadis itu tiba-tiba saja bicara, ucapannya terdengar ketus, tiara memahaminya. Tiara duduk di kursi yang tersedia di ruangan itu, gadis itu melirik padanya pun tidak. Entah kekuatan apa yang membuat tiara ingin mengungkapkan masa lalunya yang kelam pada gadis itu.
“Perlu kamu tahu, dua tahun yang lalu akulah yang menempati kamar ini hamper setahun lamanya. Aku sama sepertimu, tersiksa karena sakaw. Aku biasa melakukan Snip (pakai putaw lewat hidung) bahkan pernah OD hamper kehilangan nyawa. Keluargaku membawaku ke tempat ini dengan harapan aku bias meninggalkan semua itu. Aku sama sepertimu tak punya semangat hidup, merasa dunia hancur dan menjauhiku,” tekanan suara tiara semakin menurun.
Reaksi gadis itu diluar dugaan tiara, tiba-tiba saja dia mennangis tergugu. Perlahan gadis itu mengusap aliran bening yang mengalir lewat sudut matanya, bahkan gadis itu mengulurkan tangannya kearah tiara, tiara menyambutnya dengan hangat. “Namaku Nafa,” ucap gadis itu singkat.
Terimakasih kau mau berbagi denganku, tiara mengangguk, tanpa diminta nafa mulai menceritakan keadaan dirinya, cerita itu mengalir begitu saja. Aku masih duduk dibangku kelas 2 SMA saat menjalin cinta dengan sam teman sekelasku, tapi dia mencampakanku setelah aku cinta mati padanya. Bahkan sam menyebar gosip disekolah, kalau aku cewek murahan. Dia tega sekali melakukan semua itu padaku, aku malu. Harga diriku jatuh dan akupun mulai terbawa dalam dunia Drugs, hingga kecanduan. Orang tuaku sangat marah, aku tahu mereka kecewa padaku, merekapun membawaku ketempat ini, isak nafa sudah tak tertahankan lagi.
Tiara jadi ikut terharu, apa yang dialami nafa ternyata lebih menyakitkan dibandingkan apa yang telah dialaminya, cinta pacarnya ternyata palsu. Obrolan terhenti saat mbak vina hadir diantara mereka. Tiara tahu diri, cepat ia pamit pada nafa dan meyakinkan pada gadis itu kalau kehidupan kelam itu pasti akan berlalu.
Ardi….sosok laki-laki itu mempunyai kharisma tersendiri dimata tiara. Tipe laki-laki yang tidak suka banyak bicara, tapi tiara sangat mencintainya, tak mudah memalingkan cinta itu pada sosok yang lain, karena dibutakan oleh cinta, tiara terbawa masuk dalam kehidupan gelap ardi. Kehidupan yang membawanya dalam sebuh ilusi, kenikmatan fatamorgana.
Keadaan keluarga yang membuat ardi ardi lepas kendali. Terbayang jelas dimata tiara bagaimana tubuh ardi terbujur kaku saat ia menghadiri pemakaman lelaki terkasih itu. Tiara sadar takkan mudah melupakan cintanya, tapi bagaimanapun ia harus mampu melepaskan rasa itu.
Tiara tersadar saat ia merasa ada seseorang duduk disampingnya, saat ia menoleh dilihatnya tommy dengan senyum damai dibibirnya. “Aku mencarimu dari tadi tak kusangka menemukanmu di taman ini. Kapan datang? Tanya tiara singkat, terdengar desahan nafas tommy, cowok yang selalu ada disaat dia merasa hampa. Cowok yang selalu setia memberikan bahunya untuk bersandar saat dia berada dalam kedukaan. Cowok yang selalu setia mengiringi langkahnya, bahkan disaat tersulit pun ia selalu ada, memberikan ketegaran, membangkitkan semangatnya, menghidupkan lentera dalam hidupnya yang nyaris padam dengan kehangatan api yang dimilikinya.
Kenapa kau tidak pamit padaku, Tanya tommy mencari tahu, tiara tersenyum, hambar sekali. Tatapan matanya menerawang jauh. Haruskah? Ujarnya pendek. Tommy hanya menatapnya tak berkedip, ada bias luka dimatanya. Alasan kau pergi, apakah karena ungkapan cintaku malam itu? Aku takkan memaksamu untuk mencintaiku tiara. Bias menjadi sahabatmu saja aku sudah merasa senang, mengiringi langkahmu, bersama mengisi hari-harimu, terang tommy. Ada ketulusan dalam nada bicaranya, tiara tahu.
Tommy terlalu baik untuk dikecewakan. Perlahan tiara menyentuh jemari tommy dan cowok itu menatapnya dengan penuh pengertian, membiarkan tiara bersandar dibahunya, kebaikan cowok itu tak pantas ia terlantarkan begitu saja.
Bantu aku menyembuhkan lukaku tom, ucap tiara bergetar, butiran-butiran bening mengalir begitu saja membasahi pipi bersihnya. Senjapun turun dan taman kota Magelang yang begitu asri seakan menjadi saksi air mata tiara yang masih saja mengalir mengingat akan cintanya.
Karangan Ragam Nonstandar
Telat ke sekolah
Hari itu tanggal merah,hari senin bertepatan pada hari kemerdekaan indonesia tanggal 17 agustus,semua orang mengadakan upacara bendera untuk mengenang masa kemerdekaan.Termasuk kami,murid sekolahan yang wajib mengikuti kegiatan tersebut.aq sebagai murid SMPN1 Pangkalpinang wajib mengikuti upacara,mau tdk mau aq harus mengikuti kegiatan tersebut.malam nya sebelum menjelang hari kegiatan itu aq tidak tahu kalo besok nya akan ada kegiatan tersebut.jadi aq tidur nya malam sekali,aku tenang” saja seperti tanpa ada masalah.
Ketika menjelang pagi hari nya tiba” teman aq dtg dan mengajak aq ke sekolah.dia memanggil q,”pegi......pegi.....!!!!” kata fauzi.kemudian aq datang menghampirinya dengan mata yang redup dan berkata ”ad ap?”.”ayo berangkat ke sekolah” kata fauzi.”ke sekolah???emank nya ada apa?” tanya aq.”hari ini kan kita upacara.....!!!”kata si fauzi.
”Ooh iy....aq lupa kalo kita hari ini upacara”kata aku sambil kebingungan dan terkejut.hari sudah hampir jam 6.45,tapi aq belum siap ap”.”zi.....tunggu sebentar,aq mau mandi dulu”kata q sambil tergesah.”cepetan.....upacara hampir mulai,percuma aj klo udh di mulai trus kita datang telat,psti gak di boleh masuk”kata fauzi.”iya-iya sabar donk....aku kan gak tau”kata aq sambil mau mengambil handuk.
Eh lagi asiknya mandi tiba-tiba handphoneku bunyi.Gimana nih, terpaksa deh aku keluar dari kamar mandi berlilit handuk masih basah kuyup.Yak, berhasil mencapai handphone dan kuangkat “ halooowww..tiba-tiba terputus trus aq bilang”sialan ni orang gak tau apa lagi asyik-asyik mandi malah di teleponin .
Setelah mandi aq berganti baju dengan terburu-terburu,sampai-sampai baju aq tidak rapi.wktu mau berangkat sekolah aq ketinggalan topi,untung fauzi mengingat kan aku.Sesampai nya di sekolah kami tepat waktu,”heeeuh......hampir saja,iy gk zi?”kata aq sambil menghembuskan nafas.trus fauzi blg”hampir ap ny?kita udah telat niie....buruan”.trus aq bilang"kita...????lo aja kale gwe gak.akhir nya kmi mengikuti upacara dengan lancar,dan gak di marahin sama guru.hihihihi.....!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar